Obsesi Pada Akhirat - Ashabul Yoichi

Obsesi Pada Akhirat

Mereka yang Terobsesi Akhirat

 Sabda Rasulullah SAW, "Barang siapa akhirat menjadi obsesinya, maka Allah menjadikan melancarkan semua urusannya, hatiya kaya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan barang siapa dunia menjadi obsesinya, maka allah mengacaukan semua urusannya, menjadikannya miskin, dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan kepadanya." (HR Ibnu Majah)

Dalam masalah obsesei, dalam kehidupan dunia manusia terbagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok Pertama, yaitu orang-orang yang obsesi akhiratnya mendominasi diri mereka. Lalu, mereka bekerja didunia dengan berkacamata akhirat dan tahu kalau dunia itu jembatan menuju akhirat.
Mereka tahu apa saja yang ada dalam dunia adalah sarana yang di ciptakan Allah ta'ala untuk membantu manusia merealisir tujuan penciptaan mereka, yaitu beribadah kepadanya.



Mereka melakukan dunia sebagai sarana dan meletakkannya di dalam genggaman tangan mereka. Mereka yang mengelolanya dan tidak membiarkannya mengelola diri mereka atau mengarahkan mereka semaunya.

Mereka tidak menjauhkan diri dari dunia beserta isihnya dan tidak menjauhkan dari manusia, karena tahu tugas mereka dengan jelas, yaitu memperbaiki diri dan orang lain, serta memanfaatkan seluruh sarana untuk tiba di akhirat dengan aman.

Siapa saja yang bisa seperti itu, ia diberi tiga kenikmatan oleh Allah Ta’ala.
Nikmat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seluruh urusan lancar

Allah SWT memberinya ketentraman dan kedamaian, mengumpulkan semua idenya, meminimalkan sifat lupanya, mengharmoniskan keluarganya, menambah jalinan kasih sayang antara dirinya dan pasangannya, merukunkan anak-anaknya, mendekatkan anak-anak padanya, menyatukan sanak kerabat, menjauhkan konflik dari mereka, mengumpulkan hartanya, ia tidak pusing memikirkan bisnisnya yg tdk begitu baik, tidak bertindak seperti orang bodoh, membuat hati manusia terarah padanya, siapapun mencintainya dan melancarkan urusan-urusan yang lain.

2. Kaya hati

Nikmat yang paling agung adalah kaya hati, sebab Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shahih, yg artinya; “ Kekayaan hakiki bukan berarti harta melimpah. Tapi, kekayaan ialah kekayaan hati” (HR. Muslim)

Imam Al Manawi berkata; maksudnya, kekayaan terpuji itu bukan banyak harta dan perabotan. Sebab banyak sekali orang dibuat kaya oleh Allah, namun kekayaannya yg banyak itu tidak bermanfaat baginya dan ia berambisi menambah kekayaannya, tanpa peduli dari mana sumbernya.

Ia seperti orang miskin, karena begitu kuat ambisinya. Orang ambisius itu miskin selama-lamanya. Tapi, kekayaan terpuji dan ideal menurut orang-orang sempurna adalah kekayaan hati.

Di riwayat lain disebutkan kekayaan jiwa. Maksudnya, orang yang punya kekayaan jiwa merasa tidak membutuhkan jatah rizkinya, menerimanya dengan lapang dada, dan ridha dengannya, tanpa memburu dan memintanya dengan menekan.

Barang siapa dijaga jiwanya dari kerakusan, maka jiwanya tentram, agung, mendapatkan kebersihan, kemuliaan, dan pujian. Itu semua jauh lebih banyak ketimbang kekayaan yang diterima orang yg miskin hati. Kekayaan membuat orang yang miskin hati terpuruk dalam hal-hal hina dan perbuatan-perbuatan murahan, karena kecilnya obsesi yang ia miliki. Akibatnya, ia menjadi orang kerdil di mata orang, hina di jiwa mereka, dan menjadi orang paling hina.

Jika seseorang punya harta yang berlimpah, namun ia tidak qana’ah (merasa cukup) dengan rizki yang diberikan Allah SWT kepadanya, maka ia hidup terengah-engah seperti

binatang buas dan menjadikan hartanya sebagai tuhan baru. Sungguh, ia orang miskin sejati, karena orang miskin ialah orang yang selalu tidak punya harta dan senantiasa merasa membutuhkannya.

Dikisahkan, seseorang berkata kepada orang zuhud, Ibrahim bin Adham, lalu berkata, “saya ingin anda menerima jubah ini dariku.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau Anda kaya, saya mau menerima hadiah ini. Jika anda miskin, saya tdk mau menerimanya.” Orang itu berkata,”saya org kaya.”

Ibrahim bin Adham berkata,”Anda punya jubah berapa?” Orang itu menjawab,”Dua ribu jubah.” Ibrahim bin Adham berkata,”Apakah Anda ingin punya empat ribu jubah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau begitu anda miskin (karena masih butuh jubah lebih banyak lagi). Saya tidak mau menerima hadiah jubah ini darimu.”

3. Dunia datang kepadanya

Saat ia lari dari dunia, justru dunia mengejarnya dalam keadaan tunduk. seperti yang dikatan Ibnu Al-jauzi,” Dunia itu bayangan. Jika engkau berpaling dari bayangan, maka bayangan itu membuntutimu. Jika engkau memburu bayangan, maka bayangan menghindar darimu. Orang zuhud tidak menoleh kepada bayangan dan malah diikuti bayangan. Sedang orang ambisius (rakus) tidak melihat bayangan setiap kali ia menoleh kepadanya.”

Kelompok Kedua, yaitu orang-orang cinta dunia yang begitu menguasai mereka, sehingga membuat mereka lupa total dengan akhirat dan tidak tahu bahwa sesunggunya dunia itu sebenarnya adalah jembatan untuk menuju akhirat, mereka tidak tahu kalau sebenarnya sarana yang ada di dunia ini adalah alat yang dikasihkan oleh Allah ta'ala untuk merealisasikan tujuan mencapai akhirat dengan aman. 

Naifnya, mereka menyakini bahwa sarana yang ada di dunia adalah tujuan akhir dalam penciptaan mereka,lalu mereka menyembahnya selain Allah, mereka meletakkannya di hati mereka yang kemudian mengarahkan mereka semaunya, dan mereka menghabiskan usia mereka untuk mencarinya.
  • Harta tujuan mereka.
  • Wanita tujuan mereka.
  • Anak tujuan mereka.
  • Jabatan tujuan mereka.
  • Status sosial tujuan mereka.
  • Pakaian tujuan mereka.
  • Dan syahwa-syahwat lain tujuan mereka.
Mereka lupa tujuan tertinggi yang merupakan tujuan awal penciptaan mereka yaitu beribadah kepada sang penciptanya yaitu Allah SWT.

Akibatnya, ia dihukum Allah dengan tiga hukuman:

1. Urusannya kacau

Allah SWT mengacaukan semua urusannya. Hatinya menjadi gundah tidak tenang, pikirannya kacau, jiwanya guncang dan kalut dalam hal yang sepele. Allah SWT mengacaukan hartanya, mengacaukan anak-anak dan pasangannya. Allah SWT membuat manusia antipati kepadanya. Tidak ada seorangpun yang mencintainya sebab Allah SWT menentukannya dibenci orang di bumi.

2. Selalu miskin

Hukuman ini membuatnya selalu tidak puas, padahal memiliki harta banyak. Ia senantiasa merasa miskin. Dan itu menjadikannya lari hingga terengah-engah di belakang harta.

3. Dunia lari darinya

Dunia selalu lari darinya. Ia memburu dunia tapi malah dijauhi dan ia berlari dibelakangnya, persis seperti orang yang mengira fatamorgana itu air. Ketika ia tiba di fatamorgana, ia tidak mendapatkan apa-apa.

Inilah yang membuat Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata, “Obsesi dunia itu kegelapan di hati, sedang obsesi kepada akhirat itu cahaya di hati.”

Kelompok ketiga, yaitu orang-orang yang tidak jelas statusnya. Mereka tidak ingin masuk kelompok yang pertama atau kelompok yang kedua, namun ingin mendapatkan sebagian katakteristik kelompok pertama dan kedua.
Sekali waktu mereka menyembah nafsu syahwat mereka dan berperang untuknya. Dan sekali waktu mereka menyembah Allah ta'ala dan mendapatkan secuil obsesi untuk akhiratnya.

Mereka berputar-putar di sekitar cagar alam dan ada kemungkinan besar mereka mengembalakan hewan ternak mereka di cagar alam itu, mereka dalam keadaan yang kritis dan tidak aman, mereka tidak kokoh di jalan yang lurus dan tidak meninggalkan jalan yang tidak jelas itu.

Tentang tiga kelompok diatas, orang zuhud Yahya Bin Muadz berkata: "manusia terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, orang lebih sibuk dengan akhiratnya dari pada urusan dunianya. Kedua, orang yang lebih sibuk dengan urusan dunianya ketimbang dengan urusan akhiratnya. Ketiga, orang yang sibuk dengan keduanya (akhirat dan dunia) sekaligus. Kelompok pertam merupakan kelompok orang-orang sukses, kelompok kedua merupakan kelompok orang-orang celaka, dan kelompok ketiga adalah kelompok orang-orang dalam kondisi yang kritis.

Orang-orang yang terobsesi dengan akhirat merupakan kelompok pertama dan termasuk dalam kelompok yang beruntung diantara kelompok-kelompok yang ada. Karena itu, perlu kita ketahui tentang karakteristik mereka, agar kita bisa meneladani dan mencontoh mereka.

Diantara karakteristik mereka yang paling menonjol adalah sebagai berikut:

1. Sedih karena akhirat
Sedih karena akhirat membuat orang punya perasaan takut Allah Ta’ala yang nantinya akan menghisab dirinya pada Hari Kiamat, lalu ia menghisab dirinya sebelum ia dihisab kelak di akhirat.

2. Selalu mengadakan Muhasabah (evaluasi diri)
Umar bin Khattab Ra berkata “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan, bersiap-siaplah menghadapi Hari Kiamat.”

3. Selalu beramal utk akhirat
Amal shalih bukan hanya shalat, puasa, membaca Al-qur’an dan dzikir, tapi amal shalih adalah apa saja yang dicintai Allah Ta’ala.

4. Trenyuh melihat pemandangan kematian
Seorang tabi’in Ibrahim An Nakhai berkata, “Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, hal itu membekas pada kami hingga berhari-hari, karena kami tahu ada sesuatu (ajal) datang pada orang tersebut, lalu membawanya ke surga atau neraka”

Itulah pengingat bagi kita semua, bahwa sesungguhnya kehidupan ini adalah sarana untuk kembali kepada Allah, sekolah yang raportnya nanti akan dibagikan di akhirat.

Mari kita sama-sama mengevaluasi diri kita, selalu meluruskan niat kita hanya kepada Allah dan berdoa memohon ketetapan iman di hati sampai pada hari penutup kita nanti.

Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, kokohkan hati kami tetap berada di atas agamamu, condong dan cinta kepadamu ya Allah!! Aaamiinnnn
Selamat BerMuhasabah 16/11/2015

Resource:
As Salam edisi No. 76 Oktober'15
http://darulquran.sch.id/dqm/index.php/tausiyah/detail/1341

Belum ada Komentar untuk "Obsesi Pada Akhirat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel